Selasa, 19 Oktober 2010

RENUNGAN MINGGU

Renungan Minggu XVII Trinitatis, 26 September 2010:

Mendengar Suara Hati Nurani !
(Yohanes 8:1-11)


Saudaraku ! Setiap orang, siapapun dia, pasti memiliki hati nurani. Biasanya hati nurani itu sangat murni. Dia tidak kompromi dengan segala bentuk kejahatan. Bila kita mau berbohong misalnya, hati nurani itu segera menyapa otak sadar kita dengan berkata: Itu salah. Kamu jangan bohong. Kalau kita mendengar suara hati, kita terhindar dari kejahatan. Bila kita melawannya, kita akan menanggung pil pahit. Bila hati nurani sudah tumpul dan mati, tindakan orang itu akan fatal tak terkendali.

Suara hati nurani dalam bahasa Yunani disebut suneidesis. Dialah manusia batiniah kita atau “roha-jolma parbagasan”. Bagi orang Batak, manusia batiniah itu sering dipahami sebagai ‘taroktok’ atau ‘panggora ni roha’, yakni bagian paling suci di kedalaman jiwa sanubari kita. Dia mendorong kita melakukan yang baik. Dia mengingatkan kita, mana kala kita mengambil tindakan yang salah. Di tengah suara-suara miring dan bising di sekeliling kita, itulah yang sejatinya kita harus dengar.

Dalam nats ini, kita melihat tindakan orang Farisi dan Saduki, dilatar-belakangi hati nurani yang telah tumpul. Mereka memperalat seorang wanita yang kedapatan berzinah dengan tujuan yang jahat. Mereka juga ingin menjebak Tuhan Yesus, untuk kemudian beroleh alasan menangkapNya. Mereka, ibarat musuh dalam selimut, dekat-dekat dengan Yesus, tetapi dalam rangka mencari-cari kesalahanNya semata. Yesus sadar betul akan hal itu. Yesus tidak mau digiring dan terpancing untuk niat busuk mereka, yang hati nuraninya telah mati itu. Yesus mendengar suara hati nuraniNya, sehingga tidak terjebak dengan kelicikan mereka.

Yesus mendengarkan suara hatiNya. Suara hati nurani itu telah mengalahkan niat busuk Farisi dan Saduke, sekaligus mengecam wanita zinah itu. Yesus tidak mentolerir perilaku jahat wanita itu. Memang, dalam hukum Musa, tepatnya dalam Ulangan 21:21, seorang wanita, bila kedapatan berzinah, dia harus dilempari dengan batu sampai mati. Yesus bukan mau membenarkan moral rendah wanita zinah itu. Namun, Yesus juga tidak mau dijebak oleh guru-guru agama tadi. Suara hati nurani Yesus, menegor keras guru-guru agama, sekaligus menegor perempuan itu. Suara hati nurani Yesus juga membangun hati nurani Farisi dan Saduke yang telah tumpul, tetapi juga membangun hati nurani perempuan zinah itu.

Kata Yesus: Orang yang tidak punya dosa di antara kalian, biarlah dia yang pertama melempar batu kepada wanita itu (ayat 8). Mendengar itu, pergilah mereka satu demi satu dari tempat itu, mulai dari yang tertua. Dengan perginya mereka, itu berarti mereka menjadi sadar sebagai orang berdosa, sekaligus hati nurani mereka dihidupkan kembali oleh Tuhan Yesus. Hati nurani perempuan zinah itu juga dipulihkan, saat Yesus berkata: Sekarang pergilah, jangan berdosa lagi.

Saudaraku ! Baik Farisi, Saduke dan perempuan zinah itu, adalah potret hidup kita. Mungkin, seperti mereka, suara hati kita juga sudah tumpul atau sudah mati. Kini, biarkanlah Yesus Kristus menjamah hati nurani kita. Maka suara hati nurani saudara, suara hatiku dan suara hati nurani kita semua, akan dipulihkan kembali oleh Suara hati nurani Yesus. “SuaraMu kudengar, memanggil diriku……”. Amin !
banner_siburian@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar