Jumat, 12 November 2010

Renungan Minggu 14 Nov 2010

Kiat Agar Hidup Jadi Bermakna !
(Pengkhotbah 11:1-6)

Saudaraku yang kekasih ! Pesan umum kita Pengkhotbah adalah bahwa segala hidup di bawah langit ialah kesia-siaan. Hidup manusia tidak sia-sia, hanya bila mereka memiliki hubungan yang mesra dengan Tuhan. Hidup tidak sia-sia, bila manusia hidup di dalam kepercayaan dan dalam pengharapan akan Allah, yang memberi pegangan yang pasti dalam hidup serta menjadikan hidup jadi bermakna.

Setiap orang tentu tidak mendambakan hidupnya berjalan tanpa makna. Siapapun orangnya, pasti mendambakan agar hidupnya berarti dan bermanfaat. Memang, kualitas hidup manusia diukur dari seberapa jauh hidupnya dapat memberi makna. Bila tidak, hidup kita hanyalah sekedar pajangan saja. Saudaraku ! Firman Tuhan melalui teks ini memberi kita tiga kiat agar hidup ini jadi bermakna.

Pertama: Hendaklah kamu menjadi orang yang murah hati (ay 1-2) ! Firman ini menyerukan bahwa hidup ini dapat jadi bermakna, bila kita menjadi orang yang bermurah hati. Sebaliknya, bila kita tidak bermurah hati, kita telah secara sengaja menjadikan hidup ini sia-sia. Ibarat kita melempar padi ke dalam air yang banjir, kelihatannya padi itu terbuang sia-sia terbawa arus. Namun, setelah banjir usai, tanah mulai mengering, padi tadi tumbuh menjadi benih. Demikianlah kita bermurah hati kepada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Berilah selagi ada kesempatan. Perbuatan kasih, tidak akan pernah lenyap dan sia-sia.

Kedua: Percayakan hidupmu di dalam pengaturan Tuhan (ay 3, 5) ! Mengandalkan kekuatan dan pengetahuan diri sendiri, pada akhirnya membuat hidup kita hilang makna. Tuhan memang memberi kita pikiran untuk berpikir sebatas kemampuan kita. Kita sadar bahwa kita memang terbatas. Tuhanlah Allah yang maha tahu (‘omni science’). Maka itu, kita harus percaya hidup dan masa depan kita ada di tanganNya. Laksana awan yang mengandung air, manusia tak berkuasa menghambat turunnya hujan. Kita tak dapat memahami sepenuhnya rahasia Allah. Siapakah di antara kita yang sanggup memahami bagaimana tulang-tulang bertumbuh di rahim ibu ? Hidup jadi bermakna, mana kala kita setia mengakui kemahatahuan dan kemahakuasaan Allah, sekaligus mempercayakan masa depan kita kepadaNya.

Ketiga: Jangan menyianyiakan kesempatan menaburkan yang baik (ay 4,6) ! Kita memang dapat mendengar suara angin. Tetapi kita tidak tahu dari mana arah datangnya dan di mana dia berhenti. Jangan sampai kita lalai menentukan dari mana arah angin dan ke mana perginya, sehingga waktu untuk berbuat menjadi terlewatkan tanpa arti. Maka, mumpung masih ada waktu, taburkanlah yang baik tanpa henti, pagi atau malam (ay 6). Isilah masa mudamu, sebelum masa tuamu tiba. Isi masa sehatmu sebelum masa sakitmu tiba. Isi masa produktifmu, sebelum masa sia-siamu mampir. Isi masa aktif sebelum masa pensiun tiba. Niscaya, hidup menjadi penuh arti. Maka itu, jadikanlah hidupmu bermakna. Jangan sampai sia-sia. Amin !

Pdt Banner Siburian, MTh
www.bannersiburian.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar