Jumat, 19 November 2010

MUSAFIR MASUK KEMAH SORGAWI


Renungan Minggu Akhir Tahun Gerejawi, 21 November 2010: 


          
Saudaraku yang kekasih ! Segala sesuatu pasti akan berakhir. Hidup kita akan berakhir. Jabatan dan pangkat kita akan berakhir. Kekayaan dan kehormatan kitapun akan berlalu. Kuasa dan kekuatan kita juga akan berakhir. Wajah cantik dan ganteng pun akan berlalu jua. Duka dan suka akan berakhir pula. Tak ada yang kekal dari kita, kecuali Yesus Kristus, yang sudah ada kemarin, hari ini dan esok.  Saudaraku ! Firman ini sedikitnya menyerukan kita akan tiga hal (2 Kor 5:1-10):

          Pertama: Dalam daging, tetapi Hidup dengan Beriman (ay 1-5) ! Manusia, pada hakekatnya terdiri atas tubuh, jiwa dan roh. Tubuh, dalam bahasa Yunani disebut soma,  jiwa disebut psukhe dan roh disebut dengan pneuma. Psukhe itu sama dengan nefesy dalam Perjanjian Lama, pneuma sama dengan ruakh. Manusia sejati sesungguhnya adalah jiwa (psukhe atau nefesy). Sedangkan tubuh (soma) hanyalah tempat kediaman kita yang sementara dan fana. Karena sementara, maka suatu waktu dia akan dibongkar (ay 1). Tubuh ini akan berlalu. Dia akan kembali menjadi tanah yang membusuk, tempat cacing atau ulat mencari makan. Namun meski fana, kita harus hidup dalam iman, agar meski secara lahiriah tubuh kita semakin keriput dan rusak, tetapi secara batin kita harus semakin baru (2 Kor 4:16). Mata kita tidak boleh tertuju untuk yang kelihatan dan hanya tahan sementara, melainkan kepada yang tidak kelihatan tetapi kekal selama-lamanya (2 Kor 4:18).   
                                     
          Kedua: Berjalan pasti menuju Kemah Sorgawi (ay 6-9) !  Kita harus lepas dari tubuh yang fana dan sementara ini, agar kita dapat tinggal bersama Tuhan (ay 8). Setelah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan tempat kediaman yang kekal di sorga, yang tidak terbuat oleh tangan manusia (ay 1 b). Kemah duniawi itu mengalami banyak sengsara, derita, sakit penyakit, penuh dengan keluhan dan ‘ATM’ duniawi (Ancaman, Tantangan dan Maut). Sebaliknya, kemah sorgawi itu sifatnya abadi dan kekal. Di sana tidak ada lagi sengsara dan tangis (Why 21:1-4). Bagai musafir, kita harus melangkah pasti dari kemah duniawi kepada kediaman sorgawi bersama Allah Bapa di sorga.  

          Ketiga: Siap sedia memberi pertanggungan-jawab kepada Tuhan (ay 10) !  Selama masih diperkenankan Tuhan hidup dalam kemah sementara ini, janganlah kita jemu-jemu berbuat baik (Gal 6:9-10). Tubuh kita yang akan dibongkar ini adalah kesempatan (‘kairos’) untuk berkarya dan bekerja melayani Tuhan. Tak seorangpun akan luput dari pertanggunganjawab selama hidup. Kita harus siap sedia untuk itu (1 Pet 3:15). Tak seorangpun yang dapat menghindarinya, sebab tak ada yang tersembunyi di hadapanNya (Mzm 139). Kita semua dalam posisi sejajar untuk dihakimi. Tak seorangpun di antara kita patut untuk menghakimi satu sama lain. Kita semua, siapapun kita, apapun jabatan dan pekerjaan kita, terhormat atau tidak, kaya dan miskin, semua akan memberi pertanggunganjawab di hadapanNya. Maka: Jadilah manusia bertanggungjawab; bukan berjawab-tanggung. Amin !  

 

Pdt Banner  Siburian, MTh

www.bannersiburian.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar