Berbeda, tetapi Saling Menopang !
(1 Kor 12:14-27)
Saudaraku yang kekasih ! Surat Paulus ke Korintus, ada kalanya disebut sebagai “Surat Air Mata”. Bukan karena surat itu ditulis di dekat sebuah mata air, tetapi surat itu ditulis sambil berlinang air mata. Air mata Paulus bercucuran, karena di jemaat Korintus muncul banyak persoalan. Kondisi saat itu cukup buruk dan parah. Jemaat pecah. Timotius memang ada di sana. Tetapi dia sudah kewalahan. Paulus berduka. Hatinya sakit. Rasul Paulus menangis sambil berurai air mata kesedihan.
Perpecahan itu terjadi, karena ada orang yang menganggap dirinya lebih hebat dan berwibawa. Demi posisi yang terhormat, menjelek-jelekkan pun dianggap lazim. Menyikat teman dianggap halal. Persoalan itu laksana rayap menggerogoti tiang. Meski tak nampak jelas, tapi bangunan akan roboh segera. Kesatuan gereja pun lemah dan terancam. Kesaling-tergantungan (interdependensi) antara satu jemaat dengan jemaat lain sebagai anggota tubuh Kristus mengalami gangguan serius. Ada orang yang hanya berpikir untuk diri sendiri, tanpa merasa dirinya menjadi bagian yang utuh dari satu kesatuan yang integratif dengan sesamanya.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh menganggap diri lebih penting, serta memandang orang lain tidak berguna. Karena itulah Paulus memberi gambaran kepelbagaian organ tubuh, berbeda-beda fungsi dan tempat, tetapi saling menopang satu sama lain (Unity in Diversity). Kegunaan, tempat dan fungsi organ tubuh itu memang berbeda-beda. Namun mereka semua harus saling setia, bertanggungjawab untuk menjungjung kesatuan dalam hidup. Simaklah kembali lebih khusus ayat 15-18. Tuhan memilih dan menetapkan dalam jemaat tempat dan fungsi masing-masing, bukan supaya yang satu menonjol, sementara yang lain diabaikan. Gereja sejatinya tidak boleh berubah menjadi ajang kompetisi orang-orang yang ambisius.
Kunci rahasia untuk sukses mengelola perbedaan itu adalah KASIH. Dengan kasih, kita menjadi sadar bahwa kita memang berbeda, tetapi sekaligus juga sadar bahwa kita harus saling menopang. Bila kasih tidak ada di antara kita, maka kita adalah bagaikan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (1 Kor 13:1). Kasih ditandai dengan kerelaan kaki untuk menerima mata, tangan rela menerima telinga, mulut rela menerima hidung. Semua anggota tubuh Kristus harus mau saling menerima dan bekerjasama. Itulah salah satu pertanda riil gereja yang sehat.
Sekiranya semua anggota jemaat HKBP Sukajadi adalah pendeta, atau sintua saja, atau semua hanya warga jemaat saja, kita bakal akan susah besar. Kalau tubuh kita ini semua hanya kuping, nampaknya kita bukan manusia lagi. Atau bila bentuk dan tempat telinga berubah menjadi tangan, wah, manusia apa itu ya ? Atau sekiranya tempat hidung menjadi di bawah bibir, dan posisi lobang hidungnya terbalik ke atas, wah, saya sendiri tak sanggup membayangkan. Alangkah mulianya kita manusia dicipta Tuhan sedemikian rupa. Alangkah Tuhan dipermuliakan, bila kita masing-masing setia dalam peran kita sebagai jemaat di dalam gereja, tubuh Kristus yang hidup. Selain itu, air mata Paulus pun tak akan terus bercucuran lagi. Amin !
banner_siburian@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar