Renungan Minggu VII Trinitatis, 07 Agutus 2011:
(Yohanes 6:30-35)
Saudaraku ! Ada banyak macam-macam roti. Ada roti bolu, ada pula roti kelapa. Ada roti pandan, ada pula roti kacang. Ada roti gandum, ada pula roti Bali. Ada pula roti manis, ada juga roti asin. Jenisnya macam-macam. Rasanya pun beraneka. Semuanya itu pasti sedap dan lezat untuk dinikmati. Enak…….. !
Namun, setiap kita makan roti itu, setiap itu pula kita segera akan lapar. Kenyang sebentar, lalu lapar sebentar lagi. Semua orang yang makan roti jenis itu tidak pernah kenyang untuk selama-lamanya. Kecuali roti yang satu ini. Apa itu ?
Dialah YESUS SANG ROTI HIDUP. Yesus dalam ayat 35 berfirman: Akulah Roti yang memberi hidup. Orang yang datang kepadaKu tidak akan lapar untuk selamanya. Orang yang percaya kepadaKu tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Yesus mengatakan itu dalam rangka meluruskan motivasi yang salah dari orang banyak yang mengikuti Tuhan Yesus. Di awal fasal 6 ini, memang Yesus memberi makan sebanyak 5000 orang, hanya dengan berbekalkan lima roti dan dua ikan yang sedang dipegang seorang anak (Yoh 6:9). Semua mereka makan dengan puas dan kenyang. Malah ternyata masih tersisa 12 bakul lagi makanan (Yoh 6:12-13).
Dalam sebuah istilah Batak, ada yang disebut dengan ungkapan: Ida-ida na butong, jora-jora na male. Maksud sederhananya, seseorang menjadi ketagihan kalau kenyang, dan minta ampun kalau kelaparan. Mengingat peristiwa makan kenyang dan puas tadi, mereka menjadi ketagihan datang kepada Yesus.
Nah di sini Yesus melihat ada motivasi yang salah dan keliru. Maka itu, Yesus menegaskan bahwa mereka datang bukan karena telah mengerti keajaiban Tuhan, tetapi sebab mereka sudah makan dengan kenyang. Mereka hanya datang mencari makanan yang segera busuk; bukan mencari makanan yang sejati dan menghidupkan.
Mereka menginginkan Yesus memberi bukti. Kalau dahulu, nenek moyang mereka dapat beroleh manna di padang gurun. Itu artinya Musa seolah lebih tinggi menurut mereka dibandingkan Yesus. Inilah kesalahan motivasi serta kebutaan mata mereka. Musa tidak pernah memberi roti dari dirinya sendiri. Dia hanya alat di tangan Tuhan. Tetapi Yesus adalah roti hidup itu sendiri. Manna itu memang dapat bertahan 2 atau tiga hari. Tetapi Yesus Roti hidup, kekal selama-lamanya.
Saudaraku ! Marilah kita mengikut Tuhan bukan demi perut yang sejengkal ini. Perut memang perlu berisi. Namun, tanpa Tuhan semua itu sia-sia semata. Jauhlah dari kita hidup bergereja untuk mengejar kerakusan atau hamongkuson. Itu tidak pernah memuaskan jiwa, meski sebentar dapat mengenyangkan perut. Makanan dan minuman hanya sekedar ‘human needs’ (Yun: bios). Setelah itu dia akan diproses dalam tubuh lalu berubah menjadi sampah atau istilah ilmiahnya menjadi H-2-S.
Orang yang menjadikan makanan dan harta sebagai tujuan hidup ialah orang bodoh. Mengapa ? Karena perut dan harta tidak pernah menjamin hidup kita sejahtera (bnd. Ams 23:4; 28:20,22). Banyak harta bukan berarti otomatis lama hidup, dan sedikit harta bukan berarti cepat mati. Tanpa makan, memang tubuh kita tidak bisa hidup, namun tanpa makan bukan berarti kita tidak dapat memiliki hidup . Betul, bukan ?
Hidup kita hanya terjamin di tangan Yesus, sang Roti hidup. Namun bukan berarti kita tidak perlu makan dan minum. Maksudnya, jangan sampai kita ber-Tuhankan perut. Aneka roti di atas memang penting. Namun Yesus Roti hidup, bukan saja terpenting, namun mutlak dalam kehidupan beriman kita. Amin !
(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar